Friday, February 3, 2012

KONTRA SPIONASE V.2

Penyusup pertama sudah melebur, seolah-olah dia adalah orang biasa, seperti diriku, seperti temenku, dan juga seperti temenku yang lain. Akupun mulai menganggapnya sebagai orang biasa, seperti juga diriku, seperti temenku, dan juga seperti temenku yang lain. Dia telah berhasil menjalankan misi pertamanya sebagai seorang penyusup, sebagai seorang mata-mata.

Tahap pertama penyusupan, yaitu meleburkan diri ke dalam kawanan dan kawasan target sudah berhasil dijalaninya dengan sukses. Tak ada yang tau kalo dia adalah seorang mata-mata.
Hanya aku yang tau.

Seiring berjalannya waktu akupun sedikit lupa tentang siapa sebenarnya dia.
Sampai aku dapati dia sedang mengutak utik computer di mejaku.
Sebenarnya bukanlah hal aneh hal seperti itu terjadi. Biasa banget. Temen-temenku yang lain juga sering menggunakan komputer di mejaku. Entah itu sekedar ngetik-ngetik atau mau lihat-lihat gambar atau mau ikutan dengerin lagu-lagu dari komputerku.

Tapi mereka semua menggunakan komputerku selagi ada aku di situ, selagi ada aku di mejaku. Begitu aku beranjak dari mejaku, secara otomatis screensaver bakalan muncul dan orang lain tidak bisa menggunakan komputerku, karena screensaver-nya aku kasih password.

Tentu saja aku menjadi terheran-heran mengetahui dia menggunakan komputerku, selagi aku tidak ada di sekitar meja komputerku.
Apakah dia berhasil membongkar password di screensaver-ku?
Atau...

Ada mata-mata satu lagi yang disusupkan. Andai tidak ada informasi dari pak office boy, tentu aku akan juga ternganga-nganga, melongo dan ngiler melihat anak baru yang sangat mengkilap.
Hari pertama dia masuk, aku pun masih ternganga-nganga, melongo dan sedikit ngiler.
Wow...

Kemudian dari sedikit ngobrol-ngobrol tidak sengaja dengan pak office boy, aku menjadi tau siapa dia sebenarnya.

Cantik, manis dan -mungkin- mematikan.

Mengapa dia begitu mirip dengan temanku yang dulu,
yang sempat menghancurleburkan hatiku?

Mau tak mau, sedikit tersingkap juga kenangan masa lalu.
Tapi segera aku cukupkan sebagai sedikit flash back kenangan masa lalu.
Tidak kurang tidak lebih.

Banyak temanku yang juga ternganga-nganga, melongo dan ngiler akan pesonanya. Sebuah cara lama yang akan selalu ampuh untuk mendapatkan informasi dari target-target kecil.

Ikan-ikan yang kelaparan akan segera mengerubuti cacing yang keliatan menarik dan mempesona. Mereka tidak menyadari pada racun yang akan mematikan syaraf-syaraf mereka.
Sang pengail di atas sudah tersenyum-senyum saja, melihat ikan-ikan yang kelaparan mulai mengerubuti cacing yang digunakan sebagai umpan.

Ada canda tawa, ada tawa riang
Ada suara-suara genit, ada tawa-tawa renyah
Siapa sanggup menolaknya?

Ada kilatan sedikit kerling mata, ada juga senyuman,
yang mirip banget dengan senyuman yang dulu mampu menghancurleburkan hatiku.

Mengapa tidak ikutan menikmati, dengan tetap bersiaga?
Kalo emang bisa mengambil umpannya tanpa harus terkait oleh pancing,
kenapa tidak dicoba?
Bukankah nantinya dia bisa dijadikan sebagai tawanan, atau sumber informasi baru?

Tapi apa bener dia itu mata-mata seperti yang aku kira?
Atau dia itu mungkin alien yang sedang menyamar?


Or am I just a paranoid?
I hope so...

note :
cerita ini pernah aku posting di blog lama saya 

4 comments:

Una said...

Wkwkwk, blogmu yang lama alamatnya ada kata 21inchnya juga tho :p

21inchs said...

iyo.
piye wis ngerti opo durung?

Anonymous said...

memangnya senyum monalisa kok bisa sampai menghancur leburkan `? ^_^

21inchs said...

emang senyum monalisa bisa menghancurleburkan?
enggak kaliy...

About Me

My photo
Saya lahir di kota suci di jalur pantura, kota kretek, kota Kudus. Lahir dan besar disana, kemudian menuntut ilmu di malang dan kemudian numpang tinggal di Depok, kota pinggiran Jakarta, dan mencari nafkah di Depok dan Jakarta ibukota Indonesia