Pemilihan presiden memang sudah selesai.
Akan tetapi efek dari kampanye pemilu pilpres kemarin masih terasa sampai saat ini.
Para pendukung dari masing-masing calon presiden tetap masih bermusuhan sampai dengan saat ini.
Ini bukan saja permusuhan orang per orang atau individu per individu, tetapi juga melibatkan juga permusuhan antar media yang mendukung masing-masing calon.
Media pendukung Jokowi dulu waktu kampanye dan juga sampai sekarang pastinya akan menampilkan hal-hal yang manis saja dari sosok dan kinerja Jokowi. Dan tentunya mereka tidak akan menampilkan berita yang bisa menurunkan tingkat kredibilitas dari Pak Jokowi ini, misalnya berita tentang kenaikan harga BBM yang baru diumumkan beberapa hari yang lalu.
Sedangkan di media yang bukan mendukung Jokowi menampilkan berita yang negatif tentang sepak terjang dan sosok Pak Jokowi ini.
Saya yang sudah ter-default dalam memilih situs berita kadang merasa agak aneh dengan pemberitaan di media yang selalu saya jadikan referensi itu.
Di media itu sama sekali tidak ada berita miring tentang Pak Jokowi, bahkan ketika kemarin ada pengumuman kenaikan BBM dan adanya beberapa demo menentang kenaikan BBM, di media itu sama sekali tidak ada beritanya.
Saya yang merasa ada yang tidak benar dengan pemberitaan di situs media tersebut kemudian membaca situs tetangga (tempo.co).
Di situs tempo sedikit banyak ada berita miring tentang kenaikan BBM ini. Demikian juga dengan situs berita yang lain. Apalabi situs berita yang berbau islami, wah lumayan bejibun berita negatif tentang efek dan juga reaksi masyarakat dengan adanya kenaikan harga BBM ini.
Kalau kita hanya membaca satu situs berita saja sebagai bahan referensi, maka akan sangat berbahaya sekali.
Paling tidak harus bisa melihat beberapa situs berita dengan background afiliasi politik yang berbeda untuk bisa mendapatkan bahan untuk kita renungkan sebelum kita menghakimi sebuah berita atau seseorang.
Facebook sebagai media sosial tempat orang berkicau dan berorasi dan mengeluarkan banyak fikirannya juga menjadi salah satu sarana untuk bisa mengetahui banyak berita yang tidak tersampaikan dengan sempurna di berbagai situs berita yang sekarang ini tidak independen lagi.
Cukup membaca facebook, saya bisa tau lebih banyak berita daripada membacanya dari situs berita itu sendiri.
Karena dari facebook saya bisa tau dari teman-teman saya yang beragam dan berbeda-beda aliran politiknya.
Dari teman saya yang tidak suka dengan Jokowi dan PDI-P, saya jadi tau berita-berita negatif tentang sepak terjang dan polah miring mereka, yang tentunya tidak bakalan dan akan jarang sekali saya dapati dari situs berita online.
Dari teman di facebook juga saya bisa tau juga tentang kelakuan miring dari Prabowo dan SBY dan banyak orang penting di negeri ini yang jarang terberitakan secara menyeluruh di situs berita online.
8 comments:
judul postingannya menyerupai judul skripsi yaa
oh ya?
memang judulnya terkesan akademis banget, cuman karena keterbatasan waktu, penulisan kontennya jadi kurang intens..
Saya juga sering memanfaatkan Facebook untuk dapat berita dari kedua sisi dan karena yang nulis teman-teman sendiri jadinya lebih kerasa feelnya. :D
ora nduwe akune Inchs
Lebih sering buka blog drpd fban inch
dani
iya, selain yg ditulis sama teman sendiri, saya juga suka mendapatkan link-link sumber berita yg semula saya tidak tau.
dan itu menambah nilai perbendaharaan sumber berita utk menimbang-nimbang dari sumber berita on-line yg mainstream..
ely
nah makanya bikin dong mbak to show how you really are, so you can get more manfaat daripadanya..
#cieeh..
adi
gpp sih, saya juga gitu, tp kl blog seringnya berita yg remeh temeh dan gak penting.
tapi tergantung dari circle of friend di blog-nya sih, kl teman2 blog-nya serius dan up to date dgn berita2 penting yg kekinian yg bagus juga itu..
Klo aku, yang penting jangan telan mentah2 suatu berita, ditelaah dulu sebelum ambil sikap :D
setuju sekali pak..
utk itulah saya perlukan fasilitas atau media lain utk menyeimbangkan media online yg mainsteam yg kadang saya percaya..
Post a Comment