Saya menyebutnya si bandot, walaupun orang lain menyebut dia si demplon atau si bohay..
Oke,
Kemudian saya mempunyai celotehan tersendiri yang tercipta karena penampakan, visualisasi dirinya..
Cuman pantatnya doang yang gede, otaknya kagak..
Dia orang HRD, bapaknya dulu salah seorang yang cukup penting di kantor ini.
Kemudian seiring dengan adanya transformasi di perusahaan, bapaknya tersingkir, atau mungkin lebih tepatnya disingkirkan oleh orde terbaru yang memegang tampuk di jajaran direksi.
Nepotisme, yang saya berikan konotasi dengan sederhana, bahwa seseorang bisa bekerja di suatu tempat karena pengaruh kekerabatan.
Otomatis si bandot tadi bisa masuk kerja di perusahaan ini karena unsur nepotisme.
Karena waktu itu bapaknya masih cukup punya pengaruh disini, apalagi waktu itu orang petinggi HR nya sama sama orang yang sama suku bangsanya kayak bokapnya si bandot ini.
Urusan kompetensi jadi urutan yang ke-sembilan mungkin.
Yang penting adalah saling bantu membantu dan menolong sesama karyawan yang sudah tua, yang mulai sakit sakitan, sementara dia masih punya tanggungan.
Nepotisme di dalam suatu perusahaan itu tidak apa apa, asalkan ada pertimbangan lain yang juga harus diperhatikan. Yaitu kompetensi.
Mungkin bisa jadi nepotisme adalah salah satu sarana bagi perusahaan untuk menjaring calon karyawan yang berprestasi dengan track record yang bisa dipercaya.
Akan tetapi kalau nepotisme hanya berdasarkan rasa belas kasihan, maka nanti yang akan kasihan adalah perusahaan itu sendiri.
2 comments:
Saya pernah mengalami fase Nepotisme seperti inj. Hiks
Benar, dan kalau tidak sesuai kompetensi, maka diri kita semdiri yang malu. Dan tntunya sama irang yang membawanya, ya.
Emmm...makin ke sini, nepotisme kayak sebentuk sistem malah. Hehehe
nepotisme itu manusiawi mbak, ya asal memang ada kompetensinya ajaa..
Post a Comment