Monday, September 14, 2015

INDIKASI INFLASI






Orang Jawa, khususnya Jawa Tengah tidak bisa makan kalau tidak ada krupuk dan kecap.
Dan saya adalah prototype orang Jawa yg seperti itu.
Krupuk dan kecap.

Kekuatan dollar masih belum bisa tergoyahkan.
1 Dollar masih berkisar 14ribu rupiah.
Pemerintah sih berusaha menenangkan rakyatnya bahwa perekonomian masih akan baik baik saja.
Para pengamat dan ekonom yg lumayan pinter dan independen mungkin melihat ada sesuatu yg salah dalam hal perekonomian di Indonesia.
Mungkin juga terpengaruh dgn kondisi perekonomian global yg juga tak bagus bagus amat.

Rakyat kecil kecil sih mungkin gak akan terlalu peduli dgn dollar yg 14ribu, atau tentang perekonomian global yg sedang galau atau urusan stabilitas financial lainnya.
Yg rakyat kecil tau dan rasakan hanyalah bahwa sekarang ini apa apa pada naik.

Saya juga gak terlalu ambil pusing dgn dollar 14ribu, karena toh saya juga gak mengkonsumsi barang barang atau gadget luar negeri.
Mungkin ada teman yg jadi terpengaruh dgn dollar 14ribu, karena dia berencana beli handphone keren, atau karena dia mau beli laptop.

Saya juga gak begitu ngerti dgn indikasi yg terlalu rumit tentang kondisi perekonomian yg sedang kurang sehat.

Saya kemarin mau sarapan dan tidak ada krupuk di meja makan.
Kemudian saya menyuruh anak saya beli krupuk di warung belakang rumah.
Saya kasih uang 2ribu utk beli 2 krupuk
Pas anak saya balik bawa 2 krupuk, dia bilang kalau uangnya kurang lima ratus.

Wah

Sekarang harga krupuk naik jadi seribu dua ratus lima puluh rupiah.
Itulah indikasi yg saya pakai utk mengetahui tentang inflasi.
Kalau harga krupuk sudah naik berarti inflasi juga naik.

Sederhana.

Thursday, September 10, 2015

MERAYAKAN HARI RAYA KURBAN SECARA MANUSIAWI (REPOSTING)


Sebentar lagi hari raya Idul Adha, Idul Qurban
Umat Islam yang mampu secara ekonomi akan berkurban, menyembelih hewan kurban yang disumbangkan ke masjid ataupun ke panitia kurban.
Nantinya daging hewan kurban itu akan dibagikan kepada para yang berhak menerimanya dan juga kepada masyarakat sekitar.
Pada acara Idul Qurban yang didahului dengan sholat Idul Adha dan ceramah, kemudian biasanya dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban.
Kasihan sekali kambing, sapi, kerbau, wedhus, domba ataupun biri biri yang dijadikan hewan kurban.
Mungkin mereka semua ikhlas dan pasrah akan digorok lehernya dan dicincang cincang dagingnya.
Akan tetapi seharusnya ada etika dari manusia untuk menghargai perasaan hati dari hewan kurban tersebut.
Di kebanyakan tempat, acara penyembelihan hewan kurban berada satu lokasi dengan tempat ditempatkannya hewan kurban tersebut.
Sehingga ketika ada satu hewan kurban yang dijegal dan kemudian disembelih, maka hewan kurban yang lain dengan mata kepalanya sendiri melihat prosesi itu.
Dan lebih sadisnya lagi, kadang kadang hewan yang sudah disembelih, yang sudah kewer kewer lehernya dilemparkan begitu saja, di dekat hewan kurban yang masih hidup, yang masih menunggu giliran akan disembelih.
Belum lagi proses penyembelihan ataupun penjagalan.
Kadang untuk hewan yang berukuran besar semisal sapi ataupun kerbau, kaki mereka diikat ikat dan dijegal oleh banyak orang, kemudian ditelentangkan dengan dipegangi banyak orang dan kemudian baru digorok lehernya.
Ih betapa mirisnya..
Saya juga tidak tau apakah hewan juga mempunyai perasaan miris ataupun ngeri seperti seandainya kejadian seperti itu terjadi pada manusia.
Akan tetapi, apakah tidak ada cara lain yang lebih manusiawi untuk memperlakukan hewan kurban itu?
Tahun tahun kemarin menjelang hari raya Qurban ataupun setelahnya ada beberapa postingan di facebook ataupun di media social lainnya terkait pelaksanaan pemotongan hewan yang lebih manusiawi.
Alangkah lebih baiknya jika yang mempunyai wewenang dalam hal panitia kurban bisa mempelajari terlebih dahulu pelaksaan penyembelihan hewan kurban secara lebih manusiawi. 
Mumpung masih ada waktu.

Akan tetapi sayangnya hari raya Idul Adha ini jatuh pada hari minggu, dan tidak ada hari libur tambahan..

About Me

My photo
Saya lahir di kota suci di jalur pantura, kota kretek, kota Kudus. Lahir dan besar disana, kemudian menuntut ilmu di malang dan kemudian numpang tinggal di Depok, kota pinggiran Jakarta, dan mencari nafkah di Depok dan Jakarta ibukota Indonesia