Bahwasanya
aspek dalam manusia menghadapi hidup ini terbagi menjadi 4, yakni :
1.
Natural
2.
Rasional
3.
Supra
natural
4.
Supra
rasional
1.
Natural
Aspek natural adalah
sikap yang terreaksi terhadap hal yang dihadapi. Aspek natural ini adalah hal
natural, hal alami yang dilakukan oleh manusia di dalam hidupnya. Misalnya di
dalam suatu pekerjaan, maka pekerjaan dikerjakan adalah pekerjaan yang hanya
mengandalkan fisik saja. Tidak ada inovasi yang dilakukan. Semuanya berjalan
secara natural. Bahwa seorang tukang kayu dalam membuat meja atau kursi akan
melakukan pekerjaannya seperti yang diajarkan oleh senior-senior nenek
moyangnya terdahulu. Semua berjalan secara ritmik dan monoton.
2.
Rasional
Aspek rasional adalah
sikap dalam menghadapi sesuatu dengan juga mengedepankan akal dan fikiran. Ada
inovasi dan juga pemikiran-pemikiran untuk bisa mengerjakan segala sesuatu
dengan lebih baik lagi, dengan lebih cepat lagi, dengan lebih efektif dan
efisien. Sekedar sebagai contohnya adalah tukang bakso yang berkreasi membuat
secara kreatif dalam hal produk baksonya ataupun aspek tampilan fisik dari
tempat jualannya. Misalnya adalah dengan berimprovisasi terhadap bentuk bakso.
Bakso yang selama ini ada adalah bakso bulat. Maka improvisasi yang dilakukan
adalah dengan membuat bakso berbentuk lonjong, atau kotak ataupun bakso
berbentuk trapezium. Sedangkan improvisasi dalam hal tampilan fisik tempat
jualannya bisa dilakukan dengan mendekorasi warung baksonya menjadi seperti
kafe ataupun membuatnya seperti kapal selam ataupun bahkan pesawat ruang
angkasa. Hal improvisasi tempat jualan ini juga bisa dilakukan dengan membuka
cabang-cabang di tempat lainnya.
Aspek rasional ini
adalah tahapan yang lebih tinggi daripada aspek natural. Aspek rasional inilah
yang seharusnya dimiliki oleh para manusia dalam menghadapi sesuatu di dalam
hal kehidupannya. Orang akan mengaitkan aspek rasional ini dengan tingkat
pendidikan seseorang. Seharusnya orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi
sudah mampu menerapkan pola aspek rasional ini di dalam sisi-sisi dan segi-segi
kehidupannya. Akan tetapi terkadang karena factor internal dan factor eksternal
bisa menyebabkan seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi malah
menggunakan aspek pendekatan natural dalam menjalani kehidupannya. Dan
sebaliknya dengan factor internal dan eksternal yang ada seseorang dengan
tingkat pendidikan yang rendah justru mampu menggunakan aspek pendekatan
rasional ini di dalam menjalani kehidupannya.
Aspek natural dan
rasional ini adalah aspek dasar dari reaksi seseorang dalam berkehidupan. Aspek
dimana segala sesuatu masih bisa dilakukan dengan secara sederhana dan apa
adanya.
Akan tetapi di dalam
kehidupan terkadang ada sandungan-sandungan atau halangan-halangan aral
melintang yang sulit untuk bisa diatasi dengan menggunakan aspek natural dan
aspek rasional. Ditambah juga dengan adanya keinginan yang berlebih dari
seseorang di dalam kehidupannya.
Ketika aspek natural
dengan segala kegiatannya tidak bisa mengatasi aral yang melintang ataupun
tidak bisa memenuhi keinginan yang berlebih maka timbullah aspek supra natural.
3.
Supra
natural
Aspek supra natural
adalah suatu keadaan dimana seseorang sudah merasa menyerah dengan usaha yang
dilakukan secara manusiawi, secara sewajarnya. Aspek supra natural terjadi
karena adanya keinginan yang berlebih yang tidak bisa dipenuhi dengan cara
aspek natural. Kerja atau usaha secara manusiawi yang wajar sudah tidak mampu
lagi untuk memenuhi keinginan yang belum tercapai, sehingga muncullah ‘usaha kembali ke alam’ atau ‘usaha back to nature’ kembali ke ikhtiar
yang dulu dilakukan oleh nenek moyang jaman dahulu, kembali kepada kepercayaan
bahwa hal-hal benda mati bisa membantu manusia di dalam memenuhi keinginannya.
Manusia merasa sudah mentok dengan ikhtiar atau usaha naturalnya yang sudah
maksimal, kemudian manusia mencoba meminta bantuan kepada hal-hal magis,
meminta bantuan kepada mahluk halus, mahluk gaib dengan perantaraan dukun.
Sebagai contoh adalah jenis usaha pesugihan. Keinginan untuk bisa mempunyai
uang yang berlimpah bisa mendorong seseorang untuk minta bantuan dukun untuk
mengabulkan keinginannya tersebut dengan cara memelihara tuyul atau jenis usaha
pesugihan lainnya. Dan tentu saja usaha-usaha tersebut adalah usaha-usaha yang
tidak dibenarkan secara agama.
4.
Supra
rasional
Aspek supra rasional
adalah sama dengan aspek supra natural, yaitu suatu keadaan dimana manusia
sudah berusaha secara maksimal secara rasional, akan tetapi ada hal-hal yang
tercapai. Dalam aspek supra natural manusia meminta bantuan kepada hal-hal yang
bersifat mahluk, sedangkan dalam aspek supra rasional manusia meminta bantuan
kepada Pencipta mahluk, manusia meminta bantuan kepada Allah Tuhan Yang Maha
Esa. Aspek supra rasional bisa bersifat penyerahan diri secara penuh kepada
Tuhan atas usaha maksimal yang sudah dilakukan, bisa juga bersifat permohonan
doa untuk hal-hal yang belum terwujud. Aspek supra rasional ini juga adalah
suatu bentuk usaha perbuatan baik manusia dalam usahanya untuk bisa mendapatkan
juga kebaikan sebagai balasannya. Usaha-usaha perbuatan baik ini akan menambah
suatu bentuk simpanan kebaikan yang akan bisa diharapkan timbal baliknya untuk hal-hal yang belum bisa terwujud
secara rasional dan usaha memenuhi keinginannya. Sebagai contoh adalah adanya
suatu keinginan dari sepasang suami istri yang telah lama menjalani biduk rumah
tangga, akan tetapi belum juga dikaruniai keturunan. Usaha-usaha rasional secara
kedokteran ataupun usaha rasional lainnya sudah dilakukan dan tidak membuahkan
hasil. Sehingga pada akhirnya pasangan suami istri ini melakukan suatu usaha
supra rasional dengan jalan melakukan suatu amal perbuatan untuk menambah
simpanan kebaikan. Usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan sedekah kepada
orang miskin di setiap harinya sehabis sholat subuh. Setiap selesai sholat
subuh sang suami akan mencari orang miskin untuk diberikan sedekah. Selang enam
bulan kemudian atas ijin Allah maka sang istripun hamil. Hal-hal kebaikan yang
dilakukan akan berimbas kebaikan juga kepada manusia yang melakukan kebaikan
dengan cara yang tidak disangka-sangka.
Contoh lain adalah
cerita tentang tukang becak di kota Jogjakarta yang bisa pergi haji. Ceritanya bermula
dari niat baik pak tukang becak untuk pergi haji guna menyempurnakan rukun
Islam. Dari pendapatannya narik becak, pak tukang becak ini menyisihkan sedikit
bagian untuk ditabung untuk biaya naik haji. Tentunya secara akal sehat kita
akan sedikit mencibir tentang rencana baik dari pak tukang becak dengan
tabungannya yang tentunya jumlahnya
tidak seberapa ini. Demikian juga pak tukang becak ini dan istrinya juga
menyadarinya akan suatu bentuk kemustahilan tersebut. Akhirnya pak tukang becak
menyerahkan diri dan usahanya kepada Allah swt. Pak tukang becak berniat
membuat suatu amalan dimana nantinya amalan ini akan bisa menjadi amal sholeh
yang baik. Bapak tukang becak ini akan menggratiskan para penumpang becaknya di
hari jumat.
Kegiatan
menggratiskan jasa mengayuh becaknya ini pun berlangsung selama beberapa waktu.
Pada suatu hari jumat ada pak eksekutif datang ke Jogjakarta untuk suatu
keperluan bisnis penting. Di jalan mobil yang ditumpanginya mendapatkan aral
sehingga mengganggu perjalanan pak eksekutif ke tempat yang dituju. Kemudian
pak eksekutif itu buru-buru memanggil becak untuk mengantarkannya ke tempat
yang dimaksud. Dengan sedikit ngebut akhirnya sampailah pak eksekutip tersebut
ke tempat yang dituju. Dengan tergesa-gesa karena memburu waktu akhirnya pak
eksekutip tersebut segera memasuki tempat yang dimaksud. Dan karena
tergesa-gesa maka pak eksekutip tersebut sampai lupa membayar becaknya. Singkat
kata dan singkat cerita akhirnya pak eksekutip tersebut sukses dengan deal bisnisnya. Dan kemudian baru dia
teringat kalau dia belum bayar becak. Akhirnya dia kembali ke tempat dia naik
becak tadi dan ternyata pak tukang becak tadi sudah tidak ada. Dan kemudian pak
eksekutip itu mencari info tentang pak becak yang sudah mengantarnya tadi,
untuk membayar ongkos naik becaknya dan sedikit uang terima kasih karena telah
mengantarkannya ke tempat deal bisnis
dan sukses.
Di dalam peri
kehidupan di dalam rumah tangga seharusnya para pelaku rumah tangga selain
berusaha secara maksimal dalam aspek rasional juga tidak melupakan aspek supra
rasional. Hal ini berkaitan dengan pola pendidikan kepada anak-anak. Hal
kebaikan yang dilakukan orang tua akan pula berimbas kepada sang anak. Entah
itu kebaikan orang tua yang pada akhirnya menjadi tauladan sang anak ataupun
kebaikan orang tua yang akan menjadi simpanan kebaikan, baik untuk kehidupan
orang tua itu sendiri ataupun untuk kehidupan sang anak.
Note
:
Tulisan di atas adalah disarikan dari ceramah
parenting dari Asep Supaat (mantan direktur dompet dhuafa) dalam acara fun
science yang digelar oleh harian Republika untuk anak-anak Sekolah Dasar yang
diadakan di kantor Republika di bilangan Warung Buncit Jakarta Selatan.
No comments:
Post a Comment