Thursday, March 6, 2014

MENJADI ALIEN DI TOKO BUKU



Seperti biasanya setiap kali berada di toko buku saya selalu merasa berada di tempat asing yang aneh. 
Apalagi ternyata sebenarnya saya ini tidak begitu hobi membaca. 
Kalaupun saya ke toko buku yang saya selalu tuju pertama kali adalah bagian majalah, itupun juga majalah yang ringan-ringan, semacam majalah musik. 
Dan ketika ternyata majalah yang saya tuju masih tertutup rapat dengan plastic wrap, maka mau tidak mau sayapun mencoba membaca majalah lain, seperti majalah mobil atau majalah tentang flora dan fauna atau majalah berita.
Sesuatu yang enggak gue banget…
Kemudian beranjak menuju ke rak buku yang berisi buku-buku yang agak serius, 
tentang psikologi atau tentang motivasi, yang membuat saya jadi mabuk kepayang. 
Bukan mabuk kepayang karena jatuh cinta atau berminat membacanya, tapi mabuk kepayang menafikan isi dari buku-buku motivasi yang kata pengantar atau penyanjungnya dari teman-teman motivator itu sendiri, yang juga mereka itu mempunyai buku motivasi sendiri. 
Apa tidak mblengeeer…
Kemudian mencoba-coba membaca buku yang agak-agak ringan; tulisan dari seorang presenter atau copy writer atau siapalah dia. 
Nah kalau sudah membaca buku model ginian, saya juga suka kemudian bosan, apalagi kalau gaya bahasanya ataupun bahasannya gak kena di saya. Biasanya dan seringnya saya selalu memadankan dengan kemampuan saya dalam menulis.
Alaaah kalau cuman gitu doang siy gue juga bisa…
Setelah mengunjungi ketiga rak tersebut saya selalu merasa sedikit berada di ruang entah apa namanya, 
dan saya memilih untuk keluar saja dari toko buku itu, 
dengan sebelumnya masih juga memperhatikan buku biografi tokoh yang kemarin sempat naik daun, Dahlan Iskan. Saya gak tertarik.

Sejujurnya yang bisa menarik perhatian saya di toko buku adalah buku komik Beny dan Mince ataupun buku komik Kariage Kun ataupun Kobo Chan.
Akan tetapi ketika sedang terlena dan senyum-senyum sendiri membaca buku favorite tersebut kadang saya juga merasa bersalah; kok menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting semacam itu.

Maka sayapun keluar dari toko buku dengan lunglai, menghadapi kembali kenyataan, menghadapi dunia nyata  yang tidak sama dengan yang dipampang buku-buku di toko buku..

5 comments:

Anonymous said...

Lupa deh, pertama kali komen di mari kali ya.
Kebayang sih rasanya gimana. Meskipun suka baca, kadang juga punya pengalaman yang sama pas ke toko buku. :D

Millati Indah said...

Saya malah paling seneng ke toko buku. Tapi takut juga. Takut bangkrut, kebanyakan buku yang dibeli. Padahal yang dibeli bukan buku yang -- menurut orang lain -- bermanfaat. Saya cuma beli novel. Bukan buku motivasi atau buku nonfiksi lain yang -- menurut orang lain -- bermanfaat.

21inchs said...

@dani
kayaknya dulu pernah mampir dimari kok pak..
eh ternyata bukan saya saja ya yg merasa seperti itu..

@mila
oh gitu yaa..

Himmi ! said...

wahahhaha lucu juga yah postinganmu.. hehe
saya sih hobi ke toko buku :D

21inchs said...

postinganku bagus bagus dik..
datanglah terus, gak rugi..

About Me

My photo
Saya lahir di kota suci di jalur pantura, kota kretek, kota Kudus. Lahir dan besar disana, kemudian menuntut ilmu di malang dan kemudian numpang tinggal di Depok, kota pinggiran Jakarta, dan mencari nafkah di Depok dan Jakarta ibukota Indonesia