Saya mau membuat tulisan tentang manajemen.
Tentunya bukan tulisan tentang manajemen yang terlalu serius dan tingkat tinggi, saya takut nantinya dikirain nyaingin Philip Kottler ataupun Tantri Abeng.
Saya hanya akan menuliskan hal hal yang saya alami dalam saya bekerja, yang bisa jadi berhubungan dengan ilmu manajemen.
Dan kayaknya nantinya malah bakalan banyak berisi sumpah serapah saya tentang pekerjaan yang sucks, yang membosankan, karyawan, teman kerja atau bawahan yang bego ataupun pak atasan yang pekok.
Akan tetapi semoga saja nantinya saya akan mampu menampilkan atau mengambilkan hikmah dari kejadian di dalam pekerjaan saya jika dilihat dari kacamata ilmu manajemen, sehingga nantinya akan bisa bermanfaat.
Oke ayo langsung saya mulai..
Jika kita mempunyai anak buah, maka kita bisa memanfaatkan anak buah kita untuk membantu kita mencapai tujuan yang kita ingin capai.
Dan memang itu gunanya anak buah atau bawahan.
Bawahan yang dimaksud disini bukan rok ataupun span atau pakaian bagian bawah yaa..
Akan tetapi bagaimana cara kita bisa memanfaatkan tenaga dari anak buah kita, itu ada cara caranya. Cara atau seni menyuruh orang lain untuk mengerjakan apa yang kita mau.
Pertama kita harus tahu terlebih dahulu anak buah kita itu seperti apa.
Satu yang harus diingat, dan quote ini dulu juga sudah pernah saya posting, dan inilah yang menjadi point dari serial manajemen kali ini
Semakin rendah tingkat intelegensi seseorang, semakin harus lengkap dan komplit kita memberikan perintah atau instruksi untuk dia untuk mengerjakan apa yang kita perintahkan.
Karena kalau kita memberikan perintah atau instruksi secara general atau menyeluruh, maka bawahan kita kadang tidak tau atau bahkan kadang pura pura tidak tau, jadinya mereka mengerjakan apa apa yang kita jelaskan secara general saja.
Jadi intinya adalah, kita harus menjelaskan secara terperinci langkah langkah-nya, secara detail pekerjaan yang harus dilakukan oleh anak buah kita.
Kalau perlu dituliskan di kertas.
Kalau kita memberikan instruksi secara mendetail, memang kita keliatan kayak orang bego,
alaaah gitu aja kok ya dijelasin secara rinci bangeeet..
Lebih baik kita kelihatan seperti orang bego, tapi tujuan kita tercapai.
Daripada keliatan tidak bego, tapi nantinya malah pekerjaan pada gak kelar.
Dan kadangkala anak buah kita atau bawahan kita juga bakalan agak kesel kalau dikasih pekerjaan yang mendetail seperti itu, karena yang mereka lihat adalah jumlah step step atau langkah langkah pekerjaannya. Padahal sebenarnya kerjasanya tidak terlalu banyak, dan sebenarnya adalah cuman masalah manajemen pengaturan skala prioritas.
Dengan kita buat perincian kerjaan yang detail maka kita bisa menentukan mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu, dan mana yang bisa dibelakangkan.
Kita yang menentukan tujuan yang akan dicapai, bukan bawahan.