Monday, September 16, 2013

PIALA CITRA UNTUK PENCITRAAN


Jokowi melaju lumayan lancar hingga akhirnya berhasil menjadi orang nomor satu di Jakarta berkat mobil esemka.
Pemberitaan mobil esemka akhirnya memang mengangkat juga pamor Pak Jokowi sehingga terkenal kemana-mana. Jadinya waktu beliau mencalonkan diri jadi gubernur DKI Jakarta, orang sudah mendapatkan kesan positif tentang beliau. 
Dan memang tidak ada berita negative tentang beliau yang bisa menghambat lajunya menuju puncak kekuasaan di daerah Jakarta.
Media massa berhasil mencitrakan Pak Jokowi sebagai pemimpin yang manusiawi dan cukup berhasil dalam memimpin daerah kekuasaannya, dekat dengan rakyat dan suka musik metal.
Sampai sekarangpun sosok Pak Jokowi masih terproteksi dengan pencitraan yang positif. Media massa mengawal 100 hari ataupun 1000 hari jalannya pemerintahan Pak Jokowi dengan pemberitaan-pemberitaan yang positif. 
Padahal tiada gading yang tak retak. 
Sehebat-hebatnya Pak Jokowi memimpin pasti ada salah dan kurangnya. 
Akan tetapi media massa masih mesra dengan beliau. Kayaknya jarang sekali pemberitaan negative tentang pemimpin Jakarta yang satu ini. 
Apakah ini termasuk jalannya rencana menjaga citra Pak Jokowi untuk maju ke 2014?

Apakah orang yang mau mencalonkan diri menjadi pemimpin harus benar-benar dekat dengan rakyat untuk mendapatkan simpati para pemilih?
Kayaknya enggak selalu begitu.
Jaman sudah sangat berubah. Sekarang jaman sudah sangat maju.

Tidak perlu seseorang harus berhari-hari bergelut dengan lumpur ataupun mendekatkan diri ke petani untuk mendapatkan simpati pemilih di daerah.
Cukup bikin acara atau malah cukup bikin film yang menggambarkan seseorang berpidato yang sangat berapi-api memihak rakyat kecil. Ataupun bikin acara ataupun film yang menggambarkan seseorang itu dekat dengan rakyat, datang penuh senyum ke masyarakat, kemudian orang-orang sumringah menyambutnya, memeluk-meluknya. 
Semua itu gampang dibuat dan bisa diatur. Banyak orang-orang yang bisa berperan atau berakting seperti itu. Kemudian film tersebut tiap hari aja dipasang di televisi. Pastilah orang akan kenal dia sebagai orang yang dekat dengan rakyat, yang manusiawi, yang banyak berperan di tengah masyarakat, dll. 
Padahal sih aslinya tidak seperti ituu..
Itu yang dimaksud dengan pencitraan.

Saya ingat sekali jaman dulu, jaman narkoba masih belum sesemarak seperti sekarang ini. Ada seorang anak pejabat yang tewas overdosis, yang melibatkan artis dan juga orang terkenal. 
Langsung saja pemberitaan mengarah pada artis dan orang terkenal tersebut, walaupun mereka tidak menjadi tersangka atas kasus tewasnya orang yang overdosis itu.
Kemudian ada pemberitaan yang mengabarkan kalau orang terkenal itu sedang memberikan diskusi ataupun ceramah tentang bahaya narkoba.
Nah, ini adalah bentuk pengalihan isu dan pencitraan yang sangat polos dan lugu. 
Walaupun jaman dulu orang-orang mungkin belum ngeeh banget tentang arti pengalihan isu dan pencitraan.

Jaman yang lebih dulu lagi, sewaktu masih hanya ada satu televisi, TVRI , ada acara lomba cerdas cermat antar kelompok petani (kelompencapir). Di situ digambarkan Pak Harto dengan senyum mesemnya saling bertemu dengan petani dengan penuh keakraban, kekeluargaan dan penuh dengan kemakmuran. Seolah kehidupan di desa semuanya sangat makmur dan mencintai pak Harto. Padahal dulu banget sebenarnya juga ada yang sebel dengan Pak Harto loh..
Mungkin ini yang disebut dengan pencitraan jaman jadul.

Kita (kita?), sebagai pengkonsumsi berita-berita harus pintar-pintar memilah dan memilih mana-mana pencitraan yang mempunyai actor dan actris yang bagus dalam memerankan peran sebagai raktyat kecil, atau kita harus pintar-pintar memilah dan memilih mana orang yang pandai memainkan peran sebagai orator ataupun sebagai pemimpin yang merakyat dan hebat.

Eh malah jadi kepikiran, di waktu dekat-dekat pemilu begini kan ya banyak iklan-iklan orang yang mencitrakan diri di televisi. Bagaimana kalau kita bikinkan nominasi  piala Citra pemeran terbaik dan juga juara atau pemenang sosok terbaik di iklan seperti itu.
Bakalan mantap ituu.
Jadi kalau nantinya orang tersebut tidak berhasil menjadi presiden atau kepala daerah, paling tidak dia bisa jadi juara atau pemenang atau juara pemilihan piala Citra kompetisi pencitraan di televisi-laaah..

4 comments:

Ririn Agustin said...

padahal citra tuh nama sepupu saya loh...xixixixi

Pakies said...

Pencitraan dengan instan ataupun dengan pemaksaan dengan cara apapun, hasilnya pasti gampang luntur.
Pencitraan itu seharusnya terbentuk dari perilaku dan kebiasaan diri yang melekat dalam keseharian dalam kondisi, dimanapun dan kapanpun

Mbak KK : Citra itu Anake kang Rawins

Ririn Agustin said...

Pak Ies: oh iya ding Pak, si Ncit...

21 said...

Khusna :
oh ya? selamat yaa..

Pakies :
betul, tepat sekali paak..

About Me

My photo
Saya lahir di kota suci di jalur pantura, kota kretek, kota Kudus. Lahir dan besar disana, kemudian menuntut ilmu di malang dan kemudian numpang tinggal di Depok, kota pinggiran Jakarta, dan mencari nafkah di Depok dan Jakarta ibukota Indonesia