Wednesday, September 18, 2013

TENTANG ORANG YANG TEWAS KETABRAK BIS METROMINI



Pagi hari, agak telat berangkat ke kantor, sudah jam enam lewat
Macetnya sudah pasti, akupun sedikit mengebut supaya gak telat nyampe kantor

Depok seperti biasa lalu lintasnya cukup padat,
Demikian juga di lenteng agung
Sampai di tanjung barat malah mak jegreeg macet parah
Motor mobil berjalan merambat selangkah dua langkah 

Wah gak biasanya nih ada macet parah kayak gini
Biasanya cuman macet-macet biasa aja, pamer padat merayap
Dekat pertigaan simatupang baru ketauan sebabnya
Ternyata ada bis metromini yang berhenti dan dirusak massa pengendara motor
Wah rusuh nih
Tapi tetap bisa jalan pelan selangkah dua langkah
Lebih mendekat ke bis yang dipecahin kacanya, saya melihat ternyata di depan bis ada tergeletak seseorang yang mungkin sudah tewas
Saya gak berani melihat lebih jelas
Celananya robek-robek dan badannya berdarah-darah, mungkin kegilas bis
Jantung saya langsung mak seeer..

Saya langsung ngebayangin orang yang kelindas bis itu,
Dia tadi pagi waktu berangkat pastinya berpamitan sama istri dan anak-anaknya,
Bisa jadi dia bercengkerama dengan anak-anaknya, 
Saya agak ngeri juga ngebayangin bagaimana waktu istrinya dan anak-anaknya diberi kabar kalau bapaknya tewas kelindas bis..
Makanya kemudian saya tidak jadi ngebut, jalan pelan-pelan saja asal selamat..
Apakah Pak Jokowi dan Pak Ahok juga peduli pada orang yang tewas kelindas bis metromini ataupun bis kopaja ataupun bis kowanbisata?
Pengemudi bis kota sangat perlu ditatar dengan intensif tentang safety driving ataupun safety attitude. 
Akan tetapi kayaknya saya langsung pesimis deh, bukan masalah penataran ataupun training safety yang perlu diperhatikan, akan tetapi kultur dan budaya dari pengemudinya.

Mungkin ada baiknya memang program mobil murah dilaksanakan dengan membabi buta – ini akan sangat menguntungkan perusahaan mobil – agar jalanan di ibukota menjadi sedemikian padat. 
Dengan semakin padatnya jalanan di ibukota otomatis kemacetan akan terjadi dimana-mana, sehingga pengguna jalan baik itu motor ataupun mobil tidak bisa memacu kendaraannya dengan ngebut.

Dan pada akhirnya tidak ada mobil ataupun motor yang bisa ngebut, sehingga angka kecelakaan lalu lintas akan menurun drastis, sehingga tidak ada lagi bapak-bapak yang meninggal karena kelindas bis..

11 comments:

Ririn Agustin said...

semoga keluarga yang ditinggalkan dilimpahi kesabaran dan ketabahan. terbayang, kala seorang bapak yang hampir tiap hari saya lihat mengantar jemput putra-putri bosnya, suatu pagi beliau tak kunjung datang ke tempat kerja...rupanya beliau kecelakaan di Ring Road Barat Jogjakarta, dengan kepala hancur...ya Alloh, Pak Surat...maafkan saya yang jarang menegur bapak waktu itu...

21 said...

Aamiin..

aduuh miris banget yaa..

Rawins said...

Jakarta sih kelihatannya sudah terlalu kompleks. Ga pengemudi busnya ga pengendara motornya, aku pikir sama sajalah. Bus mentang mentang besar suka sembarangan, motor idem juga mentang mentang mudah nyelesep.

Lagian aneh tau Jakarta padet kenapa pada betah disitu. Jangan bilang ga ada peluang kerja lain, wong di luar Jawa sangat membutuhkan tenaga trampil...

Gambarpacul said...

Kemaren pada dikandangin rame2 oleh dishub malah do demo rame2 juga...

21 said...

@raw
pak boleh dong pak kalau ada lowongan disana pak, kabari aku ya pak..

@pacul
yg gak dikandangin pak yg nabrak-nabrak..

Obat Hepatitis Kronis said...

Artikel yang bagus, salam saya dari tasikmalya

21 said...

salam diterimaa..

lanjuut..

Unknown said...

serem juga yah yang tinggal di jakarta

Damar said...

Begitu kompleksnya permasalahan jakarta. Mungkin sudah saatnya pemerintah menguatkan tekad memindahkan pusat perkantoran ke tempat yang lebih layak sehingga permasalahan gampang diuraikan

21 said...

@vina
enggak juga, asyik malaah..
krn yg namanya celaka kan bisa kejadian dimana ajaa..

@pakies
enggak juga pak, tapi boleh juga usulnya, patut dicoba..

obat pembesaran ginjal said...

obat cacar air
obat tumor lidah
obat infeksi lambung

About Me

My photo
Saya lahir di kota suci di jalur pantura, kota kretek, kota Kudus. Lahir dan besar disana, kemudian menuntut ilmu di malang dan kemudian numpang tinggal di Depok, kota pinggiran Jakarta, dan mencari nafkah di Depok dan Jakarta ibukota Indonesia