Monday, September 2, 2013

DIAM


Banyak orang-orang kecil yang berkoar-koar, 
mencela-cela pak atasan yang bekerja mengambil kebijakan yang dinilainya salah. 

Mereka mengkritisi seolah kebenaran itu selalu menjadi milik orang kecil. 
Padahal tidak seperti itu, 
merekapun juga ikutan melanggar aturan untuk mendapatkan keuntungan bagi mereka sendiri. 

Aku memilih tidak ikut-ikutan mencela seperti mereka, 
walau mencela dan menggoblok-goblokkan orang lain itu sangat mengenakkan.

Aku memilih untuk diam saja.

5 comments:

Rawins said...

karena berteriak itu perbuatan paling gampang. tak sesulit instropeksi melihat kemampuan diri pantasnya dihargai berapa

21inchs said...

betul sekali pak, dan itu sangat makjleeb sekali pak..

Ririn Agustin said...

tapi berteriak itu perlu juga, apabila kita diinjak dan dijadikan sapi perah, apakah salah sekedar sedikit membela?

21inchs said...

iya betul, kita perlu berteriak kalau hak kita diciderai..
tapi kontek tulisan saya bukan yg seperti itu mbak..

saya menyoroti orang-orang kecil, rakyat kecil yg berteriak nyalahin atasan, padahal mereka sendiri juga gak bener..

kan selama ini pemikiran yg ada ataupun obrolan-obrolan orang kecil selalu menyalahkan atasan, dan bahwa rakyat kecil itu selalu tertindas, dizalimi..
padahal kan tidak seperti itu..

saya cuman gak mau ikut-ikutan mencela-cela, karena celakalah kepada para penghujat dan pencela,
saya memilih utk berdiam diri saja, menyelesaikan amanat yg diberikan kepada saya dgn sebaik-baiknya..

dan seterusnya dan seterusnya..

21inchs said...

@pakies
iya betuul paak..
berkatalah yg baik, kalau tidak bisa ya diam saja..

About Me

My photo
Saya lahir di kota suci di jalur pantura, kota kretek, kota Kudus. Lahir dan besar disana, kemudian menuntut ilmu di malang dan kemudian numpang tinggal di Depok, kota pinggiran Jakarta, dan mencari nafkah di Depok dan Jakarta ibukota Indonesia